Tag Archive: renungan


Ibu

Ibu
by Iwan Fals

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah

Seperti udara… kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas…ibu…ibu

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas… ibu…


Artikel ini kudapat dari sebuah tulisan di sebuah website. Maaf aku dah lupa websitenya coz dapetnya udah lama. Sekali lagi bagi yang merasa artikel ini hak ciptanya, saya minta maaf dan mohon izinnya untuk membagi ilmu dan renungannya. Jazakumullohu khoiron.

Anda masih ada Ibu? Atau anda sendiri adalah seorang Ibu? Jika jawapannya “YA” maka silakan teruskan membaca…
Memang sukar untuk orang lain percaya,tapi itulah yang berlaku. Ibu saya memang seorang pembohong!! Sepanjang ingatan saya sekurang-kurangnya 8 kali ibu membohongi saya. Saya perlu catatkan segala pembohongan itu untuk dijadikan renungan anda sekalian.
Cerita ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak lelaki dalam sebuah keluarga miskin. Makan minum serba kekurangan. Kami sering kelaparan. Adakalanya, selama beberapa hari kami terpaksa makan berlaukkan ikan masin dikongsi satu keluarga. Sebagai anak yang masih kecil, saya sering saja merungut. Saya menangis mahukan nasi dan lauk yang banyak. Tapi ibu cepat memujuk. Ketika makan, ibu sering membahagikan bahagian nasinya untuk saya. Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya, ibu berkata : “”Makanlah nak ibu tak lapar.” – PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA.
Ketika saya mulai besar ibu yang gigih sering meluangkan watu senggangnya untuk pergi memancing di tali air berhampiran rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk membesarkan kami adik-beradik. Pulang dari memancing, ibu memasak gulai ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu saya memakan gulai ikan itu ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang daripada bekas sisa ikan yang saya makan tadi. Saya sedih melihat ibu seperti itu.. Hati saya tersentuh lalu dengan menggunakan sudu saya memberikan ikan itu kepada ibu. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya. Ibu berkata : “Makanlah nak, ibu tak suka makan ikan.” – PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA. Baca lebih lanjut

Segala pujian hanya milik Allah yang menciptakan manusia dan memberi mereka petunjuk. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang selalu istiqamah mengikuti manhajnya hingga hari akhir. Amma ba’du :

Sebuah firman Allah menjelaskan kepada kita tentang keutamaan orang yang beriman dan mempunyai ilmu. Allah berfirman :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11) [المجادلة/11]
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dari kalian dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat. Dan Allah itu Maha banyak khabar terhadap apa yang kalian lakukan. Al-Mujadilah: 11.

Ilmu adalah cahaya. Tanpa ilmu, manusia buta. Tanpa ilmu, manusia pasti binasa. Begitulah ilmu. Ia merupakan kebutuhan pokok manusia. Karena pentingnya ilmu, Allah memerintahkan nabi untuk selalu meminta tambahan ilmu.
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (114) [طه/114]
Dan katakanlah, “Wahai Pemeliaharaku! Tambahkanlah padaku ilmu.” Thaha: 114.

Seorang tokoh ulama besar sedang sakit dan mendekati ajal. Tokoh-tokoh lain dan orang-orang shaleh yang mengetahui keadaannya ingin menengoknya, tetapi sang tokoh melarang mereka semua menjenguknya. Hanya seorang yang terkenal bakhil – yang terlalu mencintai dunia dan dirinya sendiri – yang diperkenankan menengoknya. Hal ini membuat orang-orang heran dan sebaliknya, membuat si bakhil gembira bukan main. Karena menurutnya, ini merupakan bukti dan pertanda bahwa penilaian orang-orang selama ini membenci dan menjauhinya salah belaka. Kalau sikap terlalu mencintai dunia dan diri sendiri dianggap jahat, mengapa justru tokoh alim yang dekat dengan Tuhannya, yang sedang dalam keadaan kritis ini, mengizinkannya menjenguk pada saat orang-orang lain dilarang.
Setelah si bakhil masuk ke dalam kamar sang tokoh, barulah semuanmya
Di pembaringannya, sang tokoh berkata lirih kepada si bakhil, “Lihatlah ke kaca jendela itu! Apa yang kau lihat?”
Si bakhil melihat ke kaca jendela, kemudian berkata, “ Saya melihat langit biru dan awan berarak-arak, juga gunung nun jauh di sana.”
“Apa lagi?”
“Saya melihat juga pohon-pohonan dan burung-burung terbang di udara.”
“Apa lagi?”
‘Saya juga melihat banyak orang lalu lalang di jalan dan bergerombol-gerombol di tepi jalan.”
Sang tokoh tersenyum tipis, kemudian katanya, “Ya, melalui kaca jendela itu kau bisa melihat apa saja. Bisa melihat kebesaran Allah dalam alam semesta ciptaan-Nya.” Sang tokoh berhenti sejenak, baru kemudian – sambil menunjuk cermin besar di kamar itu – melanjutkan berkata,” Sekarang kau tengoklah cermin di sampingmu ! Apa yang kau lihat?”
“Aku hanya melihat wajahku sendiri,” Kata si bakhil.
“Nah, kau lihat sendiri,” Kata sang tokoh kemudian, “Kaca jendela ataupun cermin adalah sama-sama kaca. Bedanya, di belakang kaca cermin ada lapisan tipis yang Baca lebih lanjut

Seorang temanku pernah berkomentar kepada salah seorang temanku yang lain : “Ngapain harus menggunjing orang, wong dia diejek di hadapannya saja tidak marah. Daripada mengunjing dia yang akhirnya akan mendapatkan dosa lebih baik mengejeknya saja langsung di hadapannya.”
Ketika mendengar komentar temanku tersebut, aku merenung sejenak dan berpikir apakah benar yang dikatakan olehnya itu? Memang sekilas jika kita dengarkan ucapannya tersebut seakan-akan tidak ada salahnya, bahkan ucapannya itu tampaknya benar semua. Namun ternyata jika kita pahami lebih dalam lagi makna perkataannya tersebut, akan kita dapati bahwa perkataannya itu tidak semuanya tepat. Mengapa begitu?
Untuk mengetahui semua ini, coba kita bahas satu persatu ungkapan yang terdapat dalam komentarnya tersebut. Yang pertama, yaitu : menggunjing.
Menggunjing dalam bahasa arab disebut dengan Ghibah. Definisi ghibah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ذكرك اخاك بما يكره (Dzikruka akhaaka bimaa yakrahu) “Engkau menyebut perihal saudaramu dengan apa yang ia benci/tidak ia sukai” . Ghibah secara etimologi berasal dari kata ghaba-yaghibu-ghaibah yang berarti tidak hadir. Oleh karena itu definisi ghibah yang lengkap adalah menyebut-nyebut perihal seorang muslim yang tidak ia sukai di belakang dirinya /di saat ia tidak hadir. Jika seseorang menyebut perihal yang dibenci oleh saudaranya di hadapannya secara langsung maka bukan dinamakan ghibah, akan tetapi dinamakan dengan mencela, mengejek, mencemooh, mengolok-olok, ataupun menghina.
Menurut definisi ini, maka segala bentuk ucapan yang ditujukan kepada seorang muslim mengenai keadaan dirinya yang tidak ia sukai, baik dalam hal agama, kepribadian, jasmani, maupun keluarganya adalah termasuk dari ghibah, meskipun apa yang dikatakannya itu suatu kebenaran. Namun jika yang dikatakannya itu adalah suatu kebohongan maka dia telah menggunjingnya plus melakukan kebohongan terhadapnya.
Ghibah merupakan perbuatan yang mendatangkan Baca lebih lanjut

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan, Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepada kamu” (QS.: 17 Al-Isra’: 31)

Berisi 2 video korban aborsi, yang salah satunya merekam proses aborsi janin berusia 12 minggu.

Na’udzubillahi min dzaalik

DOWNLOAD

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa yang artinya kurang lebih seperti ini: “dunia adalah penjara untuk orang-orang yang beriman dan jannah untuk orang-orang yang kafir”.

Saudaraku, hadits tersebut mengisyaratkan pada kita bahwa dunia ini hanyalah penjara untuk kita jika kita beriman, yaitu memenjarakan kita dari kenikmatan yang akan diberikan Allah kepada orang yang beriman nanti diakherat, karena kita orang beriman masih didunia maka tidak bisa masuk jannah, itulah dunia bagi orang beriman, ianya tak lebih bagai penjara/pembatas yang membatasi dirinya dengan jannah. Walaupun orang yang beriman itu kaya raya,hidup tenang, nyaman, tapi tetaplah dunia seperti penjara, keni’matannya tidak dapat menandingi dengan jannah yang dijanjikan oleh Alloh.

Tapi wahai saudaraku, dunia ini seperti syurga buat orang kafir, karena hanya di dunia ini kesempatan mereka bersenang-senang dan nanti diakherat mereka akan mendapatkan siksaan yang sangat menyakitkan. walaupun mereka sangat sengsara di dunia tapi buat orang kafir kesengsaraan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan siksaan Alloh nanti di neraka.

Wahai saudaraku mari kita raih kejayaan deggan mendapatkan jannahnya Alloh!

Banyak sekali kejadian di alam yang menggambarkan betapa kehidupan manusia itu: manusia adalah makhluk yang paling rakus……..lihat saja pa ada binatang yang melebihi manusia dalam soal makan….binatang kan makan untuk memenuhi kebutuhannya saat itu juga, tapi manusia menyimpan(tapi manusia tetep boleh menyimpan makanan) dan bahkan mengambil yang bukan haqnya seperti korupsi yang memakan uang rakyat hingga triluyan rupiah….
dalam satu beberapa ayat disebutkan bahwa manusia akan menduduki tempat yang lebih hina dari pada binatang kalau dia kafir……….huhh…………manusia manusia…………
Akankah kita terima menjadi seperti binatang padahal kita diberi akal oleh Alloh? Tentu tidak kan?
Oleh itu marilah kita bertaqwa kepada ALloh……….dalam sebuah ayat diterngakan bahwa binatang itu senantiasa berdzikir kepada Alloh, tapi kita?!